Thursday, May 16, 2013

Burung Ocehan Indonesia yang Mulai Langka

Pertumbuhan para pecinta burung kicauan di Indonesia ironisnya tidak dibarengi dengan peningkatan pelestarian mengenai burung-burung kicauan tersebut. Yang terjadi, banyak pihak-pihak yang tak bertanggung jawab melakukan perburuan di hutan demi untuk memperoleh keuntungan sepihak tanpa memikirkan kelangsungan habibatnya. Alhasil, dewasa ini beberapa burung kicauan mengalami kelangkaan bahkan bisa dibilang sudah mulai punah. Jika hal ini tidak diperhatikan dan tidak ditindaklanjuti bukan tak mungkin beberapa tahun ke depan kita hanya akan dapat mendengar kicauan-kicauan merdu burung tersebut hanya dalam bentuk MP3 saja tanpa melihat langsung burung itu berkicau. Di bawah ini merupakan beberapa jenis burung ocehan (kicauan) di Indonesia yang sudah mulai mengalami kelangkaan baik dari segi jumlah maupun jenisnya :

1. Jalak Bali



Burung yang dijadikan maskot provinsi Bali ini memiliki ciri-ciri : bulu yang berwarna putih di sekujur tubuh, diselingi warna hitam pada ujung sayap dan ekornya, adanya semacam lingkaran berwarna biru mengelilingi mata. Kelangkaan yang terjadi pada burung pengkicau ini menyebabkan menjadi salah satu satwa liar yang dilindungi Undang-undang. Saat ini burung Jalak Bali ditaksir hanya tersisa belasan ekor saja di alam liar dan beberapa ekor terdapat dalam penangkaran di salah satu kebun binatang di provinsi Bali.

2. Cenderawasih Merah



Oleh IUCN (International Union for Conservation of Natur and Natural Resources) burung ini masuk dalam kategori burung langkah dan terancam punah habitatnya di Indonesia. Burung yang hanya bisa ditemukan di dataran rendah daerah Irian Jaya Barat ini memiliki ciri-ciri : ukuran tubuh yang lumayan besar, warna bulu agak kecoklatan dan varian merah di bawahnya, di sekitar leher berwarna hijau tua.

3. Cucak Rawa



Burung pengicau yang banyak ditemukan di daerah Jawa, Sumatra, Kalimantan ini juga mulai kelangkaan akan habitatnya. Ciri khas akan suaranya serta adanya bentuk bulu timbul (Semacam mahkota) di kepalanya menjadikan keunikan tersendiri bagi burung yang memiliki nama ilmiah Pycnonotus zeylanicus. Merupakan salah satu jenis burung yang banyak digemari pecinta burung di tanah air.

4. Siskin Merah/Red Siskin



Keidentikan warna merah pada burung pengkicau jenis kenari satu ini menjadikannya di pasaran masuk dalam kategori ‘burung mahal’. Selain itu suaranya yang berbeda pada jenis kenari pada umumnya membuat permintaan terhadap burung ini naik. Sayangnya, saat ini burung Siskin Merah sudah payah dijumpai dan karena hal itu banyak di pasaran pedagang-pedagang burung ‘nakal’ menjual jenis Red Siskin palsu dengan memakai zat pigmen sintetis buatan.

5. Gelatik



Ukuran burung ini memiliki panjang sekitar 10 cm, biasa sering ditemui di pelataran sawah. Habitat burung Gelatik sendiri di alam liar mulai langkah, bisa dilihat pada daerah persawahan yang saat ini sudah jarang ditemui burung Gelatik. Untuk populasi burung Gelatik paling banyak terdapat pada daerah jawa namun karena perdagangan liar serta tidak adanya penangkaran terhadap burung ini, di jawa sendiri populasi burung Gelatik sudah tidak banyak.

Di atas hanya sebagian kecil pemaparan mengenai beberapa burung ocehan yang mengalami kelangkaan. Fenomena kelangkaan terhadap burung ocehan/kicauan rasanya akan semakin menyebar ke jenis-jenis yang lain yang banyak disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Sesama pecinta burung ada baiknya kita sama-sama menjaga kelestarian habitat burung ocehan di hutan tanpa melakukan pemburuan liar, perusakan lingkungan hijau, perdagangan ilegal. Akan lebih baik jika masing-masing pribadi memulai inisiatif untuk membuat penangkaran burung ocehan masing-masing, dengan begitu, populasi burung ocehan tetap terjaga. Karena bagaimanapun juga mendengarkan kicauan merdu burung ocehan bisa menjadi alternatif cara untuk menentramkan jiwa. Mudah-mudahan artikel yang singkat ini dapat memberikan pengajaran kepada kita semua :)

Oleh : Roma Doni
Referensi : id.wikipedia.org
Sumber Photo : Google.com

No comments:

Post a Comment