Wednesday, May 22, 2013
Perenjak Jawa adalah Burung Ocehan
Familiarkah dengan nama burung Perenjak Jawa, mungkin belum begitu familiar burung ini di kalangan kita. Apalagi mengetahuinya sebagai burung ocehan adalah hal yang tidak disangka-sangka. Perenjak jawa adalah jenis burung kicauan dari keluarga Cistikolidae. Melihat dari garis putih pada kedua belah sayapnya maka melirik nama ilmiahnya adalah Prinia.
Burung perenjak jawa mempunyai ciri-ciri yang khas dari burung-burung ocehan pada umumnya, badannya yang ramping bagi perenjak jawa, dan keseluruhan panjangnya dari kepala hingga ekornya hanya 10 cm. Burung perenjak jawa mempunyai warna yang sama yakni coklat hijau-zaitun pada bagian sisi atasnya. Melirik bagian dadanya berwarna putih namun pada bagian sisi perut dan pantatnya berwarna kekuningan. Kekhasan yang diberikannya sebagai penanda ialah sayap dengan dua garis putih. Paruh yang dimiliki panjang runcing, dan kaki ramping dan rapuh berwarna coklat kemerahan dan merah jambu.
Habitat burung perenjak jawa ialah sejatinya di hutan dan juga banyak ditemui pada tempat terbuka atau bersemak, baik di taman, pekarangan, tepi sawah, hutan sekunder, sampai pada bagian hutan bakau. Kebiasaan burung ini yang paling terkenal ialah keberaniannya, rasa takut yang tidak dimiliki ketika berjumpa dengan manusia membuat ketertarikan tersendiri bagi manusia yang menginginkannya. Penyebaran pada daerah-daerah dapat pula dijumpai di Sumatera, Jawa, dan Bali.
Makanannya ketika hidup di alam bebas adalah dengan berburu ulat, telor semut dan beberapa jenis serangga lainnya. Kebiasaan hidup berkelompok serta ribut menjadikan keeksotisan milik burung perenjak jawa. Namun jika burung ini dipelihara biasanya makanan yang sering diberikan ialah kroto, pelet, dan ulat hongkong. Jenis burung ocehan satu ini merupakan burung yang sangat sulit untuk dijadikan hewan peliharaan sehingga sangat jarang burung ini mengikuti perlombaan burung ocehan, sikap yang mudah stress menjadi kendala bagi pemburu perenjak jawa karena ketika mengalami stres ketika ditangkap maka dalam waktu yang tidak akan lama.
Dalam sejarah keterkenalannya, burung perenjak jawa merupakan burung yang disamakan dengan burung gereja karena tidak terkenal burung ini sebagai burung ocehan sehingga nilai ekonomi tidak menjadikan burung ini ketika tahun 1990-an akan dicari-dicari. Namun kebalikan itu sering terjadi, sekarang ini dari keterkenalan pada burung perenjak jawa, perburuan yang berlebihan sering mengusik habitatnya sehingga dari itu kelangkaan akan spesies ini mulai dirasakan dari jarangnya melihatnya di taman-taman, ataupun pinggiran hutan. Hal ini sangat tidak mengenakkan sekali mengingat sifat yang dimiliki burung perenjak adalah mudah jinak namun tidak bisa ditangkarkan untuk pengembang biakan.
Walaupun begitu jika mendengar suaranya ketika melihat di taman ataupun di alam bebas lainnya, mempunyai alunan suara keras dan bernada tinggi, sering mengucapkan: “cwuit-cwuit-cwuit”. Dan juga ada juga suara penanda khusus ketika menghadapi masalah yakni “hi-hi-hi” yang menjadi informasi bagi rekan-rekannya yang hewan ini adalah hewan yang hidup berkelompok. Namun dilirik juga ekornya yang tipis bergerak-gerak ke atas saat melantunkan kicauan.
Dari paparan di atas secara tidak langsung dari banyaknya manusia yang memburu burung perenjak jawa untuk ditangkarkan menjadi burung ocehan adalah menjadi pendekatan bahwa burung ini merupakan golongan burung ocehan, namun hanya sifatnya saja menjadikan kefamiliaran perenjak jawa jarang mengikuti event-event perlombaan burung. Dan semoga bermanfaat.
Oleh : Satria Dwi Saputro
Sumber:
http://omkicau.com/2012/07/24/deskripsi-lengkap-semua-burung-suku-pengicau-suku-silviidae/27/
id.wikipedia.org/wiki/Perenjak_jawa
gambar: google.com
Labels:
bagian,
Burung,
burung perenjak,
coklat,
familiar,
habitat,
hewan,
jawa,
jenis,
keterkenalan,
kicauan,
ocehan,
penanda,
perenjak,
perlombaan,
putih,
ramping,
satria dwi saputro,
ulat,
warna
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment